PROFIL PERUMAHAN GRAHA MAKMUR SEJAHTERA (Ge eM eS)

PROFIL PERUMAHAN GRAHA MAKMUR SEJAHTERA (Ge eM eS)

By : Bintoro Sahid

LOVE and LIVE Ge eM eS HOUSING

Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) merupakan hunian yang nyaman sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang. Berkonsep minimalis modern dengan dilengkapi fasilitas lingkungan yang nyaman dan terintegrasi dengan modern bisnis area. Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) terletak di :

Jalan                                          : Bulakrejo – Sonorejo Km. 4

Kelurahan                                : Sonorejo

Kecamatan                               : Sukoharjo

Kabupaten                               : Sukoharjo

Propinsi                                   : Jawa Tengah

Kode Pos                                  : 57523

Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) adalah Perumahan yang menawarkan investasi menguntungkan di sektor property. Anda akan dibawa menikmati pengalaman Perumahan eksklusif, nyaman asri dan aman sangat ideal untuk keluarga Indonesia. Mengajak anda untuk menikmati lokasi perumahan yang mampu memberikan nilai tinggi bagi anda dan seluruh anggota keluarga serta berbagai kemudahan maupun keuntungan yang akan dapatkan seperti :

  • Lokasinya yang strategis.
  • 15 menit dari akses langsung Ibu Kota Sukoharjo
  • 15 menit menuju solo baru.
  • 10 menit dari akses ke RS terdekat
  • Dekat dengan lingkungan pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi.

Dalam profil ini saya tuangkan tentang Visi, Misi, dan Tujuan, serta Data-data kependudukan Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) Sonorejo. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan kedepannya seluruh warga masyarakat Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) Sonorejo bisa  mengenal lebih dekat dengan wilayahnya sendiri. Sekaligus akan kami upaya dan usahakan bisa menciptakan sebuah lingkungan perumahan yang Liveable, Investable, Visitable, dan E-city (LIVE).

Visi , Misi, dan Tujuan Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) Sonorejo

VISI

  1. Mewujudkan perumahan dan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur
  1. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik
  1. Mengembangkan infrastruktur perumahan yang berbasis kebersihan dan keindahan serta berwawasan lingkungan
  1. Membangun masyarakat agamis tanpa membedakan RAS
  1. Mengembangkan sumber daya manusia
  1. Menuju Perumahan yang C.A.N.T.I.K = Cerdas Agamis Nasionalis Tertib Indah Kegotongroyongan

 

MISI

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.

2. Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan, fasilitas umum, fasilitas sosial, kesehatan, kebersihan, reformasi birokrasi dan lainnya.

3. Mengembangkan gagasan dan kegiatan agar secara dinamik senantiasa siap melakukan perbaikan kelembagaan sesuai dengan hasil rekonstruksi dan pengembangan iptek dan  perkembangan masyarakat.

4. Pengertian C.A.N.T.I.K :

  • Cerdas dalam arti Mendorong kegiatan pendidikan formal maupun informal
  •  Agamis dalam arti Mewujudkan masyarakat Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) yang beriman dan bertaqwa tanpa membedakan RAS
  • Nasionalis mengandung makna Menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air
  • Tertib dalam arti Mewujudkan lingkungan kehidupan masyarakat Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) yang harmonis
  • Indah dalam arti Menciptakan lingkungan Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) yang hijau dan bersih serta bebas dari banjir
  • Kegotongroyongan dalam arti  Menumbuh  kembangkan  semangat kegotongroyongan dalam kebersamaan dan adat istiadat di Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS).

 

TUJUAN 

1. Mengembangkan lingkungan Perumahan Graha Makmur Sejahtera (Ge eM eS) dan anggota masyarakatnya beserta sarana dan prasarana yang tersedia agar dapat tercapai pengembangan kehidupan yang bersih, aman, tertib, makmur, dan sejahtera, serta berwawasan sebagai inspirator pembangunan regional maupun nasional.

2. Menciptakan atmosfir kehidupan bermasyarakat yang kondusif untuk kegiatan, pengembangan kehidupan yang bersih, aman, tertib, makmur, dan sejahtera, serta berwawasan dan pengabdian kepada masyarakat.

3. Menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, produkfif, kompetitif, proaktif yang mengedepankan kerja tim / kegotongroyongan / kebersamaan dan yang mampu menerapkan efektifitas dan efisiensi kerja bagi kepentingan masyarakat pengguna.

4. Menciptakan jejaring kerjasama dan hubungan intra perumahan, antar perumahan, antar lembaga di tingkat lingkungan, kelurahan, nasional hingga internasional.

5. Menciptakan dan memelihara kerukunan dan koordinasi antar  warga.

6. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat.

Untuk bisa mewujudkan hal-hal tersebut sudah barang tentu dibutuhkan sumbangan tenaga dan fikiran positif, ide-ide kreatif yang membangun bukan mencela dan mencekal, sumber daya manusia tangguh dan tahan banting serta berwawasan kedepan, beserta sarana dan prasarana yang sangat memadai.

TOPOGRAFI DAN DEMOGRAFI WILAYAH

LUAS WILAYAH : 10.120m2

Tanah Perumahan                : 6.870m2

Jalan                                          : 2.600m2

Taman                                       : 270m2

Mushola                                    : 120m2

 

LOKASI :

RW                                             : 13

RT                                               : 001 dan 002

 

SARANA PEREKONOMIAN

Jumlah Toko/Kios                   : 4

Rumah Makan                         : 1

Koperasi                                    : 1

 

BANYAKNYA RUMAH PENDUDUK

Permanen/Gedung                 : 98 unit

 

SARANA SOSIAL BUDAYA

Mushola                                      : 1

PENDUDUK

Jumlah Kepala Keluarga         : 80 KK

 

Sukoharjo, 18 Juli 2016

Nge-Mall dan Ibadah Puasa

Mari menyeruput secangkir teh hangat sambil menikmati sebatang rokok ditengah siang menjelang sore yang mendung tak bercahaya. Sambil membayangkan duduk bersanding gadis manis menemani kita. Biar ga spaneng. Srupuuuutt…

Fenomena yang mungkin sudah menjadi tradisi dikota atau bahkan negara kita saat menjelang akhir ramadhan adalah budaya “nge-mall”, entah itu toko modern kecil, besar, ataupun super dan hyper, biar simpel kita sebut aja “nge-mall”.

Dari tahun ke tahun pengikut tradisi “nge-mall” ini tidak semakin berkurang, tapi bertambah, seiring dengan bertambahnya populasi manusia dan juga menjamurnya toko – toko modern bak cendawan dimusim hujan.

Srupuuuuuut…
Mari menikmati nikmatnya teh hangat

Kok iseng banget ya mengkomentari tradisi mereka, toh mereka tidak mengganggu aktivitas kita, tidak ada kerjaan. heuheu… Biarlah, karna saya memang tidak ada kerjaan, makanya saya komentari tradisi diatas biar ada kerjaan, tapi tenang, saya akan komentar dengan kata-kata yang positif, jangan salah sangka dulu,
hehehehe…

Segala sesuatu pasti ada niatnya, kalau dalam bahasa agama “innamal a’malu binniyat”, kita bekerja niatnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga ato pribadi, memelihara ikan, burung, niatnya untuk kesenangan atau usaha. Begitu juga nge-mall tentu niatnya belanja, cuci mata ato kongkow-kongkow bareng keluarga, sanak saudara, ato teman-teman. So, ga ada masalah kan terkait masalah niat?

Uppss, tunggu dulu, kalo cuma sekedar niat kayak yang diatas udah pada paham dan ngerti, lha ini kan pembahasannya beda, bahasannya “Nge-mall dan Ibadah Puasa???”.

Sebentar, kita isap dulu rokoknya, biar tambah segeeerr…

Orang yang nge-mall itu lintas agama, golongan, jabatan dan kedudukan, jadi bukan dominasi satu pihak atau klaim satu golongan. Nah, kalo memang spesifik bahas satu pihak, agama contohnya baru jelas. Karena kaitannya dengan ibadah puasa ramadhan, berarti objeknya adalah orang yang beragama Islam. Dalam ajaran agama Islam, hari-hari terakhir bulan ramadhan ato bulan puasa disunahkan untuk ibadah i’tikaf (menetap/berdiam diri) di masjid, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME, bukan ditempat lain, apa lagi di mall-mall…eitss..jangan dikritik dulu ya..hehehehe

Karena konteksnya adalah ibadah, maka jangkauannya universal, bagi orang-orang yang sadar dan mampu menjalankan i’tikaf di masjid mungkin suatu anjuran, tapi bagi mereka yang belum siap untuk beri’tikaf mungkin ada pengecualian bagi mereka untuk beribadah sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan, diluar ibadah yang wajib, seperti puasanya atau shalatnya.

Mari nikmati dulu rokok yang belum habis….

Karena saya sedang bahas “Nge-mall dan Ibadah Puasa” maka saya akan fokus ditopik ini. Ingat, konteksnya umat Islam ya. Mereka yang nge-mall belum tentu tidak beribadah, apa kita tahu mereka puasa atau ngga? Terus kalo yang mampir di J-CO, McD, KFC, ato Food Court harus kita lihat KTP-nya, orang Islam ato bukan, idiih, kok malah ekstrim banget, hehehehe

Coba kita ulas faktanya gimana :

Karena didepan saya udah jelaskan tentang niat, berarti sampai akhir juga harus dikaitkan ya pembahasannya…

Pertama, orang yang berpuasa dimall bisa jadi melatih keistiqomahan. Contoh misalnya, ibu-ibu yang berniat membeli baju, karena dia sedang berpuasa, tetap istiqomah untuk tidak memilih barang-barang lain, walaupun dia lirik, tertarik, banyak barang2 bagus dan branded, tapi karena dia ingin membeli baju, ya beli baju. Bapak-bapak yang niatnya kongkow bareng teman2nya, ga mungkin muter2, naik turun lantai 1 ke lantai atas ato tawaf di mall, pasti di konsekuen buat nunggu ato kongkow bareng teman2nya. Jadi niatnya istiqomah.. Hehehehe…

Kedua, sudah rahasia umum. Kalo pusat perbelanjaan pasti jadi catwalk terbesar dan terbebas, siapapun berekspresi, ajang show up, fashion, performe, atau apalah pokoknya, jadi model dadakan dan gratisan (colek Pak Sinung Nugraha). So, tentu lumrah kalo ada make up licin, paha mulus, dada setengah terbuka (upps, bajunya maksudnya), sampai antrian di tempat2 makan yang bejubel dan rame. Bagi orang yang berpuasa, semua hal diatas adalah ujian, lihat cewek manis dan semlohay ujian untuk setiap laki2 dewasa, lihat barang2 branded dan menarik ujian rata2 buat ibu-ibu, lihat orang nongkrong ditempat makan ujian buat semua yg berpuasa. Jadi, kalo mereka yg nge-mall dan lagi berpuasa, tentu semakin banyak ujian semakin banyak pula ganjarannya yang didapatkan, itu teorinya (soalnya masalah dosa, pahala itu hak prerogatif Tuhan YME, hehehehe).

Ketiga, nge-mall itu melatih kekhusu’an. Jarang orang yang nge-mall itu ngga betah ato ngga kerasaan, kecuali orang iseng ato kehujanan terus numpang neduh, (hehehe…pisss..) orang yang lagi nge-mall ga mungkin kepikiran dirumah ada jemuran apa ngga, sampahnya udah dibuang apa belum, mereka khusu’ menikmati isi yang ada dimall dan isi dompet, hehehe… Mereka yang nge-mall bersama keluarga khusu’ berbahagia bersama, yang pergi bareng pasangannya khusu’ umbar senyuman, yang datang bareng teman2nya khusu’ cekakak-cekikik lupa utang dan tanggungan. Hehehehehe

Keempat, kenapa mereka senang nge-mall? Karena disana tempatnya nyaman. Ngga ada mall yang ngga ber AC, sejuk, pelayanan yang ramah dan sopan, tempat kongkow yang menarik, intinya selain karena ada kepentingan pribadi, rujukan tempat yang nyaman juga menjadi salah satu faktor pilihan kenapa orang2 senang nge-mall. Coba, kalo mall ngga ber AC, kayak pepes teri aromanya, sedep-sedep gurih, hehehe, mbak2 SPG keringetan, make up nya luntur, bau badan, waduuuh..menghilangkan selera. Hikmahnya sih begini, mereka tuh yang nge-mall pingin agar tempat ibadah itu nyaman, bersih, rapi, kalo bisa ya juga sejuk, hehehehe… sebagai otokritik aja, cuma mereka menunjukkannya dengan cara seperti itu, (jangan salah persepsi lho, nanti dikira malah mau jadikan masjid kayak mall yang ada SPGnya yang cantik2 sama jualan barang dan makanan)

Tinggal sedikit, marii menyeruput sisa teh yang mulai dingin…. Srupuuuuuuut…

Tulisan ini cuma guyonan, analisis saya cuma kelas murahan, jadi jangan dianggap serius, apalagi sampai ingin adu debat dan pendapat. Anggap aja sebagai pengisi kekosongan waktu santai, sambil menyeruput teh hangat dan sebatang rokok dengan bahagia, suka cita, penuh tawa, tanpa merana dan duka.

Salam bahagia
Sukoharjo, 13 Juli 2016

Makna Idul Fitri

MAKNA IDHUL FITRI

Sesaat setelah menjalankan sholat Idul
Fitri, umat Islam saling memaafkan, saling
bersilaturahmi, saling berbagi, saling
berkunjung, meskipun kita rela
berkorban waktu, tenaga, biaya hanya
untuk satu tujuan silaturahmi.Hal ini
mewujudkan sikap dan perilaku
berkarakter bagi kita semua, setelah
melewati pelatihan dan pendidikan di
bulan Ramadan, kemudian meningkatkan
kualitas kasih sayang dengan semua
anggota keluarga, sanak famili dan
tetangga, di tengah perubahan sosial
masyarakat yang mengarah pada
mengentalnya individualisme dan
materalisme yang berpotensi menggerus
peradaban yang tengah kita rasakan saat
ini, serta perbaikan diri dari masing-
masing individu warga masyarakat
terhadap pemimpinnya, atau antar warga
itu sendiri.

Idul Fitri juga harus jadi momentum
integrasi menyeluruh hingga tingkat
pemerintah terendah seperti RT, di
tengah anggota masyarakat yang sarat
dengan keragaman budaya, golongan,
afiliasi politik, dan pola pikir yang
berbeda. Seharusnya perbedaan itu
bukan untuk memicu suatu masalah, tapi
justru harus memacu rasa tanggung
jawab, rasa memiliki, rumongso
handarbeni, memupuk semangat dan
rasa kebersamaan yang kental sarat
dengan kegotongroyongan.
“Satu untuk semua dan semua untuk satu
tujuan yang sama.”

Seyogianya, makna Idul Fitri dapat
menjadi pembangkit semua elemen
masyarakat pada umumnya dan warga
Ge eM eS pada khususnya, untuk
memperkuat integrasi kemasyarakatan
hingga kebangsaan, dengan tujuan dan
langkah besar yaitu kesejahteraan warga
Ge eM eS pada khususnya dan
kesejahteraan rakyat pada umumnya.

(Secercah Hikmah Hari Raya Idul Fitri 1437 H Bapak RT Ge eM eS 01, Pak Bintoro Sahid)

Perjalanan Umur

*PERJALANAN UMUR*

*Ketika umur kita dibawah 10 tahun,* kita merasa bahwa bermain merupakan suatu yang sangat penting. Sebab itu, Kita suka bermain. Pagi, sore, siang, malam, bermain terus.

*Ketika umur kita belasan tahun,* kita merasakan kebebasan itu lebih penting.
Sebab itu, kita ingin menyuarakan pendapat sendiri.
Ingin suara didengari.
Kita banyak memberontak dan sedikit keras kepala.
Kita mulai bandel dan tidak suka dengar nasihat.

*Beranjak ke umur 20-an,* kita merasakan pendidikan dan kerja begitu penting.
Sebab itu, kita belajar sungguh-sungguh untuk memperoleh kerja yang sesuai.
Kadang-kadang kita menyesal, kenapa dulu tidak belajar sungguh-sungguh, biar dapat pekerjaan yang baik seperti kawan-kawan yang lain.
Alangkah ruginya kita telah berleha-leha sebelum ini.

*Meningkat ke umur 30-an,* kita semakin sadar bahwa keuangan itu sangat penting.
Sebab itu, masa inilah kita membina hidup.
Membina keluarga.
Ingin membeli kendaraan,  rumah, tanah, aset, melancong dan sebagainya.

*Namun akhirnya, kita pun memasuki fase 40-an.* Perkara yang paling penting dalam hidup ialah *kesehatan.*
Kekayaan dan lain-lain tidak berarti dengan kesehatan yang tidak memuaskan. Pada masa ini darah tinggi, diabetes, asam urat, kolesterol, jantung koroner  dan lain-lain sedang melamar kita.
Masa inilah kita bisa menyesal karena sudah terlalu sering makan yang enak2 dan sibuk kerja sehingga lupa untuk bersenam dan menjaga kesehatan.

*Memasuki era 50-an,* tatkala kita sudah memiliki semua impian, akhirnya kita sadar bahwa perkara yang lebih penting dalam hidup ialah *kasih sayang.*
Kita sedikit kesunyian tatkala anak-anak sudah berumah tangga dan tinggal di tempat lain.
Anak-anak yang sibuk dengan kerjanya masing-masing menjadikan kita rindu saat-saat indah bersama mereka dahulu.
Rumah besar, mobil besar seakan-akan tidak lagi berarti.

*Kehidupan terus berjalan.*
*Tatkala memasuki usia 60-an,* kitapun semakin sadar bahwa hanya amal ibadahlah bekal yang akan dibawa ke alam sana.
Segala kemewahan dan kebendaan tidak lagi bermakna.
Kubur bakal menjemput kapan saja.
Mujurlah kita sempat sadar dan Allah masih membuka pintu taubat yang kita mohonkan.
Masih tersisa waktu untuk menambah bekal.

*Rosulullah SAW bersabda:*
*”Cari kesempatan yang lima,  sebelum datang lima lainnya”.*
1. Masa mudamu sebelum datang masa tua,
2. Masa sehatmu sebelum datang masa sakit,
3. Masa kayamu sebelum datang masa miskin,
4. Masa luangmu sebelum datang masa sibuk,
5. Masa hidupmu sebelum datang kematian.”
(HR. Al Hakim)

*Mari siapkan bekal, hidup ini hanya sementara.*

by Bintoro Sahid

Mencari Mutiara 1 (Memaknai Idul Fitri 1437 H)

Membaca tulisan Tommy Setiawan dalam Kompasiana yang membahas tentang makna politis-spiritual dibalik kunjungan Presiden Jokowi ke Padang, Sumatra Barat untuk untuk merayakan Idul Fitri 1437 H bersama masyarakat Padang, “Makna Politis-religius dari Kunjungan Jokowi di Padang Saat Idul Fitri kom.ps/AFv0MA” saya tertarik untuk menggoreskan catatan kecil sebagai motivasi bagi diri saya untuk membuat resolusi sekaligus juga ‘memaknai’ rasa syukur atas nikmat Hari Raya yang Tuhan berikan untuk kita.

Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak hanya dihadapkan pada sikap toleransi, saling menghargai, dan saling memahami. Namun juga ada sikap iri, dengki, dan benci antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak dapat dihindari karena setiap anggota masyarakat memiliki karakter dan sifat yang berbeda-beda. Sifat dan karakter inilah yang akan menjadi perilaku kita dalam menjalani kehidupan di masyarakat.

Kehadiran Presiden Jokowi ke Padang mungkin tidak ada kaitannya dengan urusan kita, tetapi ‘memaknai’ arti kehadiran beliau ke pulau yang merupakan basis muslim terbesar di Indonesia tentu menjadi hal yang menarik untuk didalami, karena tidak hanya berkaitan dengan urusan beliau sebagai kepala negara, tetapi juga memberikan pengajaran bagi kita untuk menyikapi perihal kehidupan, khususnya dalam bermasyarkat, bersaudara,dan berkeluarga.

Membangun Mental

Dalam momen yang bahagia ini tidak ada salahnya kita merefleksikan diri untuk mengevaluasi tindak-tanduk kita, perilaku kita dalam bermasyarakat, apakah ada sikap kita yang melukai perasaan orang lain, mengganggu privasi mereka, berburuk sangka, iri dengan kesuksesan orang lain, dengki dengan perilaku mereka, atau benci terhadap sikap mereka selama ini kepada kita.

Menyelami ‘luka-luka lama’ dalam diri kita bukan hal yang keliru kalau untuk kebaikan dan menjadi lebih baik, walaupun kita tau bahwa ‘tanda’ yang terlanjur membekas dalam hati tidak akan mudah hilang. Menjadi pribadi yang memaafkan, melihat masalah dalam sisi yg positif, menunjukkan kepedulian terhadap sesama, serta keikhlasan akan memberikan makna baru dalam perjalanan hidup kita.

Bersyukur kita hidup di lingkungkan yang mengedepankan toleransi, saling menghargai, saling memahami.

Kepemimpinan yang Menjadi Teladan

Presiden Jokowi adalah pemimpin bangsa Indonesia, beliau menunjukkan kelasnya sebagai seorang pemimpin, bagaimana menyikapi perbedaan, mengatasi kebencian, dan juga menyelesaikan konflik perpecahan.

Lantas apa hubungannya pemimpin dengan sikap dan perilaku kita? Jelas sangat berhubungan, karena kita hidup disuatu lingkungan, baik lingkungan bernegara, bermasyarakat, bertetangga dan berkeluarga, maka secara otomatis dalam setiap lingkungan tersebut ada yang namanya kepala negara, kepala masyarakat, kepala rukun warga/rukun tetangga, dan kepala keluarga.

Pemimpin/Kepala/Ketua juga akan memberikan dampak terhadap lingkungan yang dipimpin. Pemimpin yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif, aman dan nyaman, sebaliknya pemimpin yang kurang/tidak cakap, akan membuat situasi lingkungan yang dis-harmonis, tidak kondusif, dan penuh konflik.

Dalam tingkatan bermasyarakat (RT/RW) kita memiliki pemimpin, yang menjadi simbol dan panutan dalam kehidupan bermasyarakat. Pemimpin yang harus mampu menjaga simpul tali silaturahmi, menguatkan persaudaraan, mengemas perbedaan jadi kebersamaan, dan juga meredam perpecahan dengan kebijakan (wisdom).

Bersyukur kita memiliki pemimpin (RT) yang mampu menghimpun ‘perbedaan-perbedaan’ menjadi kebersamaan, melihat benih-benih masalah bukan sebagai hambatan, namun tantangan untuk masa depan, menyelesaikan masalah secara bijak, tidak subjektif. Kondisi lingkungan yang tertata dengan baik semoga mampu mendorong perbaikan sifat dan karakter kita sehingga mampu memiliki sikap dan perilaku ‘mulia’ dalam bermasyarakat.

***

Akhirnya, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H, selamat merayakan kemenangan dengan hati yang bahagia, saling memaafkan dengan ikhlas dan tulus. Bravo Ge eM eS 01

Wassalam

Sonorejo, 3 syawal 1437H / 8 Juli 2016

Di Awali Dengan Basmalah dan Niat Ikhlas Pembangunan Masjid Perum GMS, Sonorejo, Sukoharjo

Proyek pembangunan Masjid Perum Graha Makmur Sejahtera (GMS) sudah memasuki minggu ke 2 (dua). Proses groundbreaking (penggalian pondasi) dimulai tepatnya sekitar tanggal 25/01/2016.

Istilah groundbreaking merujuk pada proyek-proyek besar yang belakangan ini hangat muncul dimedia massa, baik cetak ataupun audio-visual. Bukan juga bermaksud untuk latah menggunakan bahasa yang memang masih terasa asing ditelinga, karena memang jarang mendengar dan itu adalah istilah yang kebanyakan digunakan dalam bidang properti atau teknik sipil yang memang bukan bidang penulis dan warga pada umumnya.

Penggunaan istilah diatas sebenarnya ingin menjelaskan bahwa pembangunan masjid di Perum GMS juga merupakan proyek besar bagi warga GMS, karena memang kehadiran masjid sebagai tempat ibadah menjadi kerinduan dan didambakan oleh warga muslim perumahan. Karena selama ini warga harus berjamaah dimasjid perum lain atau kampung untuk menunaikan kewajiban shalat.

Lahan yang digunakan sebagai tempat pembangunan masjid adalah tanah wakaf yang disediakan oleh pihak pengembang perumahan. Sebenarnya juga dalam klausul dijelaskan bahwa tanggung jawab pembangunan masjid berada pada pihak pengembang. Namun sayang, pembangunan masjid itu tidak pernah terealisasi. Hingga akhirnya berdasarkan kesepakatan warga dibentuklah panitia/pengurus yang diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan masjid Perum GMS.

Spirit Ketuhanan dan Niat Ikhlas

Tidak ada yang melandasi semangat kerja panitia dan warga GMS selain karena nilai keberagamaan. Nilai keberagamaan adalah nilai yang sangat penting karena bersumber dari Zat yang Maha Esa. Dalam nilai keberagamaan (dalam agama Islam) tersirat pengakuan bahwa Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah SWT. Tiada zat yang Kekal selain Dia, Zat yang Maha Kuasa dan Berkuasa. Ke-MahaKuasa-an Allah SWT kita hayati dalam pengakuan bahwa kita sebagai manusia (hamba) adalah lemah dan hampa, kita selalu mengharapkan Kasih dan Sayang-Nya dalam setiap nafas dan nadi dalam hidup kita. Oleh karena itu mengawali langkah aktivitas apapun itu selalu kita mulai dengan spirit basmalah ‘Bismillahirrahmaannirrahiim’ yang memiliki kandungan hanya Kepada-Nya lah kita berharap Kasih dan Sayang. Menyebut Asma-Nya, mengagungkan Kebesaran-Nya, kita memohon petunjuk untuk setiap aktivitas kita.
Dengan spirit ketuhanan yang mendasari proyek pembangunan masjid GMS kita berharap keberkahan, keselamatan, dan peningkatan nilai-nilai keimanan pada diri dan lingkungan kita.

Ikhlas adalah dogma agama yang merujuk pada ketulusan atau kerelaan pengikut agama dalam menjalankan ajarannya. Keikhlasan berarti kita menerima dengan lapang dada, sepenuh jiwa, tanpa pamrih, tanpa embel-embel, balas budi, ria (pamer), atau kepentingan-kepentingan tertentu.
Niat ikhlas adalah ‘ikrar’, janji, yang ditanamkan dalam diri untuk melaksanakan atau menjalankan aktivitas dengan penuh kerelaan dan ketulusan. Ikrar untuk bermusyawarah (mengikuti pertemuan), menerima ide dan kritikan, menerima hasil keputusan musyawarah, melaksanakan tugas-tugas kepanitiaan, mengkoordinir anggota, membangun sinergi dengan warga, menggalang dana, mengawasi pembangunan, mencermati pendanaan dan ikrar lain-lainnya. Setiap ikrar yang kita tekadkan, semua dibingkai dalam ruh ke-ikhlas-an.

Proyek pembangunan masjid perum GMS adalah adalah itikad seluruh warga, perjalanan masih panjang, insyaallah Allah SWT berikan petunjuk dan kemudahan. Amiin

Sonorejo, 02 Februari 2016

Mengasah Sportivitas dan Kebersamaan Dalam Turnamen Bulutangkis Ge eM eS Cup RT 01/RW 13, Perum GMS, Sonorejo, Sukoharjo

Turnamen Bulutangkis Ge eM eS Cup RT 01/RW 13 Perum GMS, Sonorejo, Sukoharjo baru saja usai. Penyerahan hadiah akan dilaksanakan pada hari Sabtu/06 Februari 2016.

Selama pelaksanaan, turnamen berjalan dengan lancar dan aman. Kemeriahan dan keriuhan bergema meramaikan setiap pertandingan yang dimainkan. Diikuti oleh 9 tim (ganda) butuh waktu sekitar 5 (lima) pekan untuk menyelesaikan semua pertandingan, karena memang setiap pertandingan dimainkan pada hari minggu.

Turnamen Ge eM eS Cup disponsori dan didukung sepenuhnya oleh Ketua RT 01, Bapak Bintoro Sahid. Beliau memang memiliki misi untuk “Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga” maka sebagai warga yang memang senang berolahraga, warga RT 01 yang berminat dan senang pada cabang olahraga Bulutangkis merespon positif niat dan rencana beliau.

Sebenarnya perjalanan sejarah perolahragaan bulutangkis di RT 01 juga belum terlalu lama, baru berjalan sekitar 6 (enam) bulan yang lalu. Karena memang berniat untuk mengolahragakan masyarakat, maka anggota bulutangkis Ge eM eS Club tidak hanya didominasi oleh bapak-bapak yang memang sudah mahir bulutangkis, tetapi juga bapak-bapak yang juga berniat untuk belajar bulutangkis.

Untuk memberikan semangat dan motivasi bagi anggotanya, maka diadakan Turnamen Ge eM eS Cup yang memperebutkan hadiah yang prestise. Itu juga sponsor dari Bapak Bintoro Sahid.

Selain suguhan permainan yang menarik dan sarat emosional, banyak terdapat nilai penting yang terkandung dalam turnamen ini diantaranya adalah sportivitas dan kebersamaan. Setiap olahraga apapun harus menjunjung tinggi sportivitas, karena dengan pertandingan yang sportif olahraga dapat dinikmati dan menjadi hiburan. Inilah yang dirasakan saat berlangsungnya Turnamen Ge eM eS Cup. Tidak ada lonjakan emosi yang negatif, ucapan kasar atau menghina. setiap pemain fokus pada permainan dan bermain ‘Indah’ baik kalah ataupun menang. Dilapangan bersaing secara sehat dan adil. Ditambah dengan seragam club yang diberikan oleh Pak Bintoro yang semakin menambah semangat bertanding bapak-bapak.

Eforia bertandingan yang penuh emosi dan gengsi terakomodir dalam semangat kebersamaan yang menaungi turnamen. Prinsip ‘Didalam lapangan lawan tetapi diluar lapangan kawan’ menjadi jargon yang menfilosofi arti kata kebersamaan bagi seluruh peserta Turnamen Ge eM eS Cup. Hal ini berlangsung hingga berakhirnya turnamen.

Kebersamaan yang mungkin bisa menjadi barang langka ditengah padatnya aktivitas dan kesibukan bapak-bapak warga RT 01. Kesempatan untuk berbincang santai, atau bercerita pembahasan diluar tema pertandingan juga menjadi dahaga interaksi peserta didalam gedung pertandingan, menjadi pengamat olahraga dadakan, memberikan trik dan tips pertandingan, atau konsultasi gratis masalah per-wanita-an (pakar konseling kewanitaan – Bapak Soesilo). Tetapi ada juga yang membahas tema angsuran BTN yang belum dibayar atau pertandingan ‘Kuda Binal’. Semua terangkum dalam indahnya kebersamaan.

Hal menarik lainnya yang tidak dapat ditinggalkan adalah hadirnya WAG’s (Istri-istri pendukung/suporter suami-suaminya yang bertanding), yang setia memberikan dukungan bagi suaminya baik menang atau kalah, tentu saja sembari diselingi dengan rumpi-an khas ibu-ibu membahas tema yang sedang hits di perumahan atau lainnya. Tidak kalah juga dukungan dari anak-anak putra/i yang hadir memberikan dukungan dengan sering-sering ke warung untuk jajan camilan.

Tapi yang paling menarik dari kehadiran ibu-ibu adalah jamuan makan siang dan sore yang tersedia melayani kebutuhan pangan bapak-bapak peserta turnamen. Dikomandani Bu RT, dan dibantu ibu-ibu warga RT 01, bapak-bapak tidak khawatir kekurangan pasokan stamina dan gizi selama turnamen berjalan. Pertandingan berjalan, Kebutuhan pangan tercukupi, Hati gembira.

Selamat untuk bapak-bapak pemenang Turnamen Ge eM eS Cup RT 01. Semoga selalu semangat dan menjunjung tinggi sportivitas. Terimakasih banyak yang tak terhingga untuk Bapak dan Ibu Bintoro Sahid. Dan untuk bapak-bapak lainnya, jangan lupa tetap membayar uang kas (pesan bersponsor—piss).

Sukoharjo, Februari 2016